Peribahasa

ADAT URANG ANUM (Adat Orang Muda)
Orang muda itu umumnya umurnya 20an atau 25an. Ia suka yang berbeda dari orang dewasa. Bajunya, celananya atau sepatunya ingin agar diperhatikan orang banyak. Begitu juga rambutnya, tingkah lakunya suka kelewatan batas. Orang muda banyak yang suka jalan-jalan seharian atau malam-malam baru pulang ke rumah.
Jadi peribahasa Orang Banjar “Adat Orang Anum” ya seperti itu, artinya orangtua bisa saja memakluminya cuma orangtua, yang utamanya ayah dan ibunya bisa meatur anaknya tersebut.

ADAT URANG MAIN, ADA NANG KALAH ADA NANG MANANG (Adat Orang Bermain, Ada Yang Kalah Ada Yang Menang)
Main apa saja, harus ada yang kalah dan menang . misalnya bermain bola, gasing, badminton, voli, kasti, tenis, renang,  belogo, laying-layang, dan banyak lagi.
Tidak ada istilah dimana dalam  permainan ada dua pihak yang menang atau juga dua pihak yang kalah.
Peribahasa ini maksudnya memberi nasihat kepada pihak yang kalah agar tetap sabar. Apabila kalian kalah saat ini, mungkin saja nanti akan menang. Spesifiknya, agar kita tidak putus asa dalam bermain, yang penting terus berlatih agar dilain hari dapat menang.

AKAL MAMILANDUK (Akal Si Kancil)
Orang Banjar mengatakan “Pilanduk” yang Bahasa Indonesianya disebut “Kancil”. Menurut cerita, pilanduk itu hewan yang pintar, bisa menipu buaya, harimau atau kera.
Jadi diibaratkan orang yang pintar menipu orang lain untuk keperluan diri sendiri. Ada juga yang menipu untuk kebaikan, tetapi ada juga untuk urusan yang kurang baik.

ASA BAGANTUNG DI RAMBUT SAHALAI (Seperti Bergantung Di Sehelai Rambut)
Sehelai rambut itu sangatlah tipis, apalagi kalau digantungi, sudah pasti tidak tahan, bisa putus.
Peribahasa ini mengibaratkan orang yang ketakutan, ibarat menaiki kendaraan yang sangat cepat atau menaiki jukung (perahu kecil) ketika angin kencang dan airnya bergelombang besar.

BAGUNA TAHI LARUT (Lebih Berguna Yang Larut)
Kotoran manusia itu dulu sering larut di sungai, karena orang sering memakai jamban dipinggir sungai. Tidak ada orang yang mau melihat kotoran yang larut di sungai itu. Seandainya terlihat pun cepat-cepat orang memalingkan muka tidak ingin melihat kalau-kalau tercium baunya yang busuk. Jadi, jangankan orang mau menggunakan kotoran itu, melihatpun tidak mau.
Peribahasa orang Banjar ini ibarat orang yang tidak terlalu peduli lagi dengan orang yang dulunya pernah berbuat baik padanya. Orang itu dianggap sombong. Padahal dulu dia berhutang budi contohnya sering dipinjami uang. Hutang tidak dibayar, setelah itu tidak tahu menahu lagi. Jadi orang yang meminjamkan itu bagaikan tahi larut, tidak ada gunanya lagi.
Kadang-kadang orang tua bisa juga berkata “baguna tahi larut” ketika melihat anak muda jaman sekarang yang tidak menghormati orang yang semestinya dihormati.

BAIK MAMBUANG HINTALU SABIGI DARIPADA BURUK SAKATARAAN (Lebih Baik Membuang Sebutir Telur daripada Busuk Semua di Raknya)
Dalam rak itu ada satu telur yang busuk, kalau telur tersebut didiamkan, nanti bisa busuk semuanya.
Peribahasanya mengibaratkan seseorang yang kelakuannya tidak baik, umpamanya suka mencuri, bertengkar, suka berbohong. Maka orang itu bila dikumpulkan ditempat satu kerjaan. Lalu perilakunya membuat nama semua orang menjadi buruk. Jadi lebih baik mengeluarkan atau memberhentikan orang tersebut, dari pada semua nama menjadi buruk. Artinya jangan membiarkan orang itu atau diberhentikan saja.


HARAM MANYARAH LAWAN WALANDA (Haram menyerah dengan Belanda)
Peribahasa ini pernyataan Pangeran Antasari yang jadi pelopor perang Banjar yang terjadi pada tanggal 28 April 1899. 
Sampai Pangeran Antasari meninggal dunia ia tidak pernah ditangkap oleh Belanda. Peribahasa ini diwariskan oleh pejuang-pejuang perang Banjar sampai merdeka tahun 1945 - 1949.

HUNDANG BAPADAH RATIK (Udang Mengaku Sampah)
Udang bisa menyelinap di tumpukan sampah. Padahal sampah itu tidak sama dengan udang. Itu peribahasa orang pintar yang berpendidikan tinggi merendahkan diri saja seperti orang biasa tidak mengaku pintar serta tidak angkuh serta sombong.

ITIK BEKUNYUNG KADA BASAH (Itik Berenang Tidak Basah)
Itik itu mempunyai bulu yang tebal yang kelihatannya berminyak. Jadi kalau itik berenang di air, badannya tidak basah.
Seperti itu juga manusia ada yang mempunyai keistimewaan, istimewa keadaan badan, istimewa kepintaran atau keahlian yang lain dari orang lain.

IWAK KULIT TIWADAK (Lauk Kulit Cempedak)
Buah cempedak memang istimewa, banyak gunanya. Daging buahnya dimakan, bijinya setelah direbus bisa dimakan. Kulitnya setelah dikupas, dijadikan mandai. Mandai ini dijadikan lauk, bisa dimanfaatkan untuk dimakan bersama nasi saat tidak ada lauk lain atau saat tidak ada uang untuk membeli lauk.

JAKA DITIUP TARABANG (Jika Ditiup Terbang)
Kue yang dijual di warung atau kue yang disuguhkan saat orang bertamu, sangat kecil atau irisannya sedikit saja. Makanya peribahasanya jika ditiup bisa terbang seperti bulu ayam. Kue yang sedikit setelah disuap tersangkut disela gigi saja tidak sampai ke perut.

JAKA ULAT MAMATUK (Jika Ular Mematuk)
Dalam rumah saat mencari barang yang diperlukan, seperti sisir, peniti, kunci dan yang lainnya. Padahal barang yang dicari itu dekat dengan diri sendiri lalu ada yang menegur : "Jaka ular mematuk", maksudnya barang yang dicari itu jika ular ia mematuk, karena dekat saja.

KAWA DICARAMINI (Bisa Dicermini)
Peribahasa ini berisi pujian dengan orang yang rajin membersihkan lantai rumah, seperti teras dan tangganya sampai lantai dapur.
Biasanya yang rajin bebersih itu perempuan di rumah. Saking bersihnya lantai, ibaratnya bisa bercermin di lantai.

KAYA MENIMBAI BATU KEBANYU (Seperti Melempar Batu ke Air)
Jika batu dilempar ke sungai, pastilah tidak bisa dicari lagi, tenggelam. Peribahasa ini mengibaratkan orang yang diserahi urusan atau pekerjaan tapi setelah ditunggu-tunggu orangnya tidak ada lagi.
Jadi kerjaannya tidak selesai, orangnya menghilang tidak ada lagi.

LAIN DANAU LAIN IWAKNYA (Beda Danau Beda Ikannya)
Ada ikan dalam danau yang disini, ada juga ikan dalam sungai yang jauh disana. Tentu ikannya tidak sama.
Peribahasa nya diibaratkan adat istiadat orang itu setiap kampung pasti berbeda. Adat kebiasaan orang kampung disini pasti tidak sama dengan adat kebiasaan orang kampung sebelah.
Semakin jauh kampungnya semakin banyak bedanya.

LUKA KANA BIDINGNYA (Luka Kena Ujungnya)
Jaman dulu celana panjang punya laki-laki setelah dicuci, lalu dijemur, baru disetrika. Celana yang baru disetrika itu ujungnya keras dan kaku.
Peribahasa ini mengumpamakan ujung celana yang keras dan kaku itu bila terkena bisa melukai.

WANI MANIMBAI WANI MANAJUNI (Berani Melempar Berani Menyelami)
Peribahasa ini juga bisa panjang bunyinya. Kalau berani melempar umpan, harus berani juga menyelaminya. Karena apabila umpan itu sangkut, harus diselami kedalam air.
Peribahasanya mrnunjukkan dengan orang yang berkerja apasaja, harus bertanggungjawab buruk baiknya, tidak noleh lepas tangan. Bahasa orang sekarang namanya resiko, tanggungjawab.

Comments