Kisah Daerah : Asal Mula Lebo (Benua) Bakumpai
Sebelum ada lebo (benua) Bakumpai, Sungai Barito sudah
bermuara ke Lautan Jawa. Jika kita melihat peta Kabupaten Barito Kuala yang
membujur dari Selatan ke Utara (Kecamatan Kuripan) melalui jalur air, dari
Marabahan ke Kuripan akan melalui beberapa desa, yaitu Desa Banitan, Palingkau,
Belukung, Jambu, Hampelas, Kabuau, Jerenang, Pelangkau dan Desa Kuripan.
Menurut beberapa cerita yang berkembang di masyarakat
Barito Kuala, Benua Bakumpai ada seiring dengan kedatangan sebuah jukung yang
membawa lima orang penumpang dari arah Barat Sungai Barito. Ciri orang tersebut
berkulit dan berambut berwarna merah kemerahan, sehingga disebut Datu Bahandang
Balau (datu merah/habang rambut), diduga mereka berkebangsaan Spanyol. Dugaan
ini diperkuat dari buku-buku sejarah bahwa Bangsa Spanyol jauh sebelum
kedatangan Bangsa Belanda pernah datang ke Pulau Nusantara.
Di bawah pimpinan Datu Bahandang Balau, akhirnya sampailah
jukung yang mereka bawa pada sebuah tempat datar yang masih ditumbuhi semak
belukar. Akhirnya sang Datu memutuskan untuk mendirikan gubuk.
Setelah menetap beberapa tahun tempat yang mereka diami
menjadi sebuah perkampungan yang dalam bahasa Bakumpai disebut Lebu.
Sebelum sang Datu tutup usia ia berpesan kepada
keturunannya untuk hidup saling rukun dan tolong menolong. Namun setelah datu
meninggal mulai terjadi pertikaian dan permusuhan diantara sesama keturunan
Datu Bahandang Balau.
Akhirnya pada suatu malam yang mencekam terjadilah
kebakaran hebat yang menghanguskan semua perkampungan penduduk sebagai akibat
mereka tidak mengindahkan nasehat Sang Datu. Adapun menurut cerita lebu atau
benua yang terbakar itu dinamakan orang dengan sebutan Banua Gusang.
Setelah Benua Gusang yang mereka tempati terbakar penduduk
yang masih hidup mengungsi ketempat-tempat yang aman. Akhirnya diputuskan oleh
para pengungsi untuk mencari tempat pemukiman baru. Pencarian tempat pemukiman
baru mereka lakukan dengan meminta petunjuk pada seekor ayam jantan Kambudiwasi
(pada bagian ekor ada selembar bulu warna putih). Tidak seberapa jauh dari
Banua Gusang akhirnya rombongan pengungsi mendengar kokok ayam berbunyi tiga
kali yang bertanda bahwa tempat yang baru mereka temukan baik untuk dijadikan
pemukiman baru.
Dengan musyawarah mufakat akhirnya rombongan pengungsi dari
Benua Gusang dibagi menjadi tiga kelompok. satu kelompok diseberang Sungai
Barito, satu kelompok ke arah hulu dan satu kelompoknya lagi ke arah hilir.
Setelah beberapa tahun mereka berdiam ditempat yang baru berkembang menjadi
kampung yang ramai dan banyak didatangi orang dari luar daerah.
Keturunan Datu Bahandang Balau yang mendiami seberang
sungai menamakan daerah mereka dengan nama Kampung Lepasan. Sedang yang kearah
hulu menamakan kampung yang mereka temukan dengan nama Kampung Ulu Benteng,
sedangkan yang kerah hilir menjadi beberapa perkampungan antara lain Kampung
Bentuk, Kampung Basahab, Kampung Timbuk Ngabu (Kertak Darat), Kampung Penghulu,
Kampung Beliuk, Kampung Bagus, dan Kampung Rumpiang.
Demikianlah sekelumit asal usul Benua Bekumpai yang terdiri
dari beberapa buah desa seperti yang disebutkan diatas, di sepanjang Aliran
Sungai Barito.
Comments
Post a Comment